Diskusi dan Peluncuran 2 dari Trilogi Madiun Raya : Kisah Brang Wetan dan Lawu Wilis
Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat Jasmerah adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada HUT Republik Indonesia, 17 Agustus 1966 silam. Berangkat dari rasa cintanya terhadap sejarah, Peter Carey seorang Profesor Tamu FIB-UI dan Emeritus Fellow, Trinity Collage, Oxford menerbitkan buku trilogy Madiun Raya. Dua dari trilogynya tersebut secara resmi diluncurkan bersamaan dengan diskusi bedah buku Kisah Brang Wetan dan Lawu Wilis pada Kamis, pagi bertempat di Ruang Jamuan Pendapa Surya Graha, Magetan. (28/10)
.
Dr. Catrini Pratihari Kubon Tubuh, selaku Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepada Kab. Magetan sebagai salah satu Kabupaten Literasi yang berkesempatan menjadi tuan rumah dalam acara peluncuran buku ini. Ia juga berharap agar buku ini nantinya mampu menarik dan menaikkan gaung pentingnya sejarah lokal.
.
Didapuk sebagai pemantik diskusi, Bupati Magetan dalam sambutannya menyampaikan keinginannya agar Kab. Magetan memiliki catatan yang hebat, dan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Kesulitannya dulu dalam menemukan informasi mengenai sejarah Kab. Magetan, kini menelurkan kebijakan yakni mewajibkan sekolah dan desa di wilayah Magetan agar menulis sejarahnya masing-masing. Jika dulunya nenek moyang mencatatkan sejarah pada prasasti, kini tugas kita semua untuk meneruskan mencatatkan sejarah bagi anak cucu kita kelak, imbuhnya.
.
‘Antara Lawu dan Wilis’ adalah buku yang berisi arkeologi, sejarah dan agenda Madiun Raya berdasarkan catatan Lucien Adam Madiun (1934-1938). Artikel tersebut mengandung informasi penting mengenai sejarah Madiun Raya sejak abad ke-10 hingga ke-19. Kini wilayah Madiun Raya telah menjadi berbagai Kota dan Kabupaten, yaitu Madiun, Caruban, Ponorogo, Pacitan, Ngawi dan Magetan. Sedangkan ‘Kisah Brang Wetan’ adalah buku yang ditulis berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan. Tidak hanya menyajikan sejarah Ponorogo dan Pacitan, namun juga seluruh Madiun Raya.
.
Dalam acara tersebut, turut hadir Prof. Dr. Peter Carey dan Nunus Supardi sebagai narasumber, Ir. Agus Rahardjo dan Abdul Rohman sebagai pembahas, serta Dr. Drs. Suko Widodo, M.Si sebagai moderator.
(Prokopim/pi/dok.bee/KD1)